Jangan hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.Selamatkan diri kita dari bayangan masa lalu! Apakah kita ingin mengembalikan air sungai ke hulu , matahari ke tempatnya terbit , menyorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara si ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata ? Ingatlah , keterikatan kita dengan masa lalu, keresahan kita atas apa yng telah terjadi pada masa lalu, adalah kekuatan kita yang sangat naif, memprihatinkan dan menakutkan.
Membaca kembali lembaran pahit masa lalu, hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan dengan memikirkan masa lalu. Itu sama halnya dengan mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi tiang-tiang yang telah lapuk. Padahal betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu,nescaya mereka tidak akan mampu.
Sebab yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berfikiran jernih tidak akan pernah melihat sedikitpun ke belakang. Sebabnya , angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan bergerak ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka dari itu , janganlah melawan sunnah kehidupan
Monday, December 27, 2010
Thursday, October 14, 2010
Ilmu, Pembersih Hati
Ada sebait do’a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do’a tersebut berbunyi : Allaahummanfa’nii bimaa allamtanii wa’allimnii maa yanfa’uni wa zidnii ilman maa yanfa’unii. dengan do’a ini seorang hamba berharap dikurniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat – memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil ertinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat darjat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan Allah.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma’rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. “Ilmu yang berguna,” ungkapnya, “ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati.” seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, “Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri.”
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di alam ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, “Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi [18] : 109).
Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, nescaya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derjat.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun!
Akan tetapi, walaupun hanya “setitis” ilmu Allah yang dititipkan kepada manusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, nescaya kita akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. “Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?” Sang guru menjawab, “Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.” Ertinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
Karananya, jangan hairan kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikeranakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan dapat menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. bila kita menginginkan ilmu yang boleh menjadi ladang amal soleh, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama.
Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudarat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang boleh membuat hati kita bercahaya. Kerananya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermanfaat.
Bila mendapat air yang kita timba dari lopak - lopak yang keruh, kita akan mencari tawas untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang boleh menjadi “tawas”-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap dan membawa mamfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak boleh tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka.
Sibuk mengkaji ilmu fekah, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma’rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan hairan kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling soleh, dan menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma’rifat, mengenal Allah. Datangilah majlis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak berzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sedar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena segalanya dari setitis ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah pemberian Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang boleh menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.
Ya Rabby ampunilah dosa ku, kerana aku insan yang lemah, jauhilah aku dari sifat-sifat yang dicela oleh Mu,
Ampunilah kami dari segala dosa yang telah kami lakukan , sesungguhnya Engkau yang Maha Pengampun.
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat – memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil ertinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat darjat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan Allah.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma’rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. “Ilmu yang berguna,” ungkapnya, “ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati.” seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, “Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri.”
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di alam ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, “Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi [18] : 109).
Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, nescaya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derjat.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun!
Akan tetapi, walaupun hanya “setitis” ilmu Allah yang dititipkan kepada manusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, nescaya kita akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. “Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?” Sang guru menjawab, “Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.” Ertinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
Karananya, jangan hairan kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikeranakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan dapat menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. bila kita menginginkan ilmu yang boleh menjadi ladang amal soleh, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama.
Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudarat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang boleh membuat hati kita bercahaya. Kerananya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermanfaat.
Bila mendapat air yang kita timba dari lopak - lopak yang keruh, kita akan mencari tawas untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang boleh menjadi “tawas”-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap dan membawa mamfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak boleh tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka.
Sibuk mengkaji ilmu fekah, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma’rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan hairan kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling soleh, dan menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma’rifat, mengenal Allah. Datangilah majlis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak berzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sedar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena segalanya dari setitis ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah pemberian Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang boleh menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.
Ya Rabby ampunilah dosa ku, kerana aku insan yang lemah, jauhilah aku dari sifat-sifat yang dicela oleh Mu,
Ampunilah kami dari segala dosa yang telah kami lakukan , sesungguhnya Engkau yang Maha Pengampun.
Wednesday, October 13, 2010
Betapa Takutnya Salafusolleh Kepada Allah s.w.t.
Kebanyakan manusia melakukan ibadat tanpa ada perasaan takut kepada Allah. Ibadah mereka seumpama kotak yang tidak berisi. Perasaan takut dan gentar hati adalah sifat orang berIman yang tulen. Firman Allah swt:
Oleh bagi memotivasikan diri kita agar kita dapat menanam perasaan takut dan gentar kepada Allah, saya hidangkan beberapa kisah para sahabat dan ulama yang diri mereka amat takut kepada Allah.
1. SAMMAH رحمه الله
Pada suatu hari Sammah رحمه الله bermuhasabah dirinya. Dia mengira umurnya sudah menjangkau 60 tahun. Lalu dia membilang hari-hari yang telah dilaluinya , dia mendapati sudah 21 ribu hari. Lalu dia berkata:
Kemudian dia terus menjerit dan jatuh pengsan. Bila orang-orang lain mengejutkannya, mendapati dirinya sudah mati.
2. MUHAMMAD BIN WASIE'
Ketika Muhammad bin wasi' رحمه الله dalam keadaan sakit tenat, ramai manusia yang menziarahinya. Ada yang berdiri dan ada yang duduk. Beliau berkata kepada seorang sahabatnya:
3. Suatu hari Abu Hurairah ra menangis ketika beliau sakit. Lalu ada orang berkata kepadanya: "Kenapa engkau menangis?" Lalu beliau menjawab:
4. SAID BIN 'AMIR RA
Said bin 'Amir ra adalah seorang sahabat yang dilantik Umar ra sebagai pemerintah Syam. Penduduk syam telah mengadu kepada Umar ra tentang Sa'd. Diantaranya ialah Sa'id selalu jatuh pengsan. Lalu Said ra menjawab:
Setiap kali aku teringat peristiwa yang menimpa khabib yang mana ketika itu aku masih musyrik, kemudian aku teringat bahawa aku tidak menolongnya , aku gementar kerana takut dengan azab Allah sehingga aku pengsan."
5. ABU BAKAR AS-SIDDIQ
Sesungguhnya Abu Bakar as-Siddiq ra ketika dirumahnya telah didatangi oleh seekor burung. Burung itu hinggap di sebatang pokok. Lalu Abu Bakar memandang burung tersebut dan berkata:
KESIMPULAN
Walaupun mereka banyak melakukan amal soleh dan sebahgianya yang sudah dijamin syurga seperti Abu Bakar tetapi perasaan takut mereka melebihi segalanya. Mereka amat bimbang tidak diterima amalan mereka. Mereka begitu takut untuk berjumpa dengan tuhan. Balasan mereka adalah syurga seperti mana firman Allah swt:
Rujukan: Makhawuf as-salihin min adamil qabul al-A'mal oleh Dr Muhammad 'Azzuz, Qasasus Salihin wa dumu'il Abidin oleh Haidar Muhyiddin dan at-Tahzibul Maudu'ie lihilyatul Auliya oleh Muhammad bin Abdullah.
" Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanya orang yang gementar hati mereka bila disebut nama Allah, bertambah Iman mereka bila dibacakan ayat-ayat Allah dan mereka berserah diri kepada tuhan mereka." (2 : al-Anfal)
Oleh bagi memotivasikan diri kita agar kita dapat menanam perasaan takut dan gentar kepada Allah, saya hidangkan beberapa kisah para sahabat dan ulama yang diri mereka amat takut kepada Allah.
1. SAMMAH رحمه الله
Pada suatu hari Sammah رحمه الله bermuhasabah dirinya. Dia mengira umurnya sudah menjangkau 60 tahun. Lalu dia membilang hari-hari yang telah dilaluinya , dia mendapati sudah 21 ribu hari. Lalu dia berkata:
يا ويلتى لو لم يكن في كل يوم سوى ذنب واحد لكان أمرا عظيما فكيف ولي في كل يوم عشرة ألاف ذنب؟
" Alangkah celakanya, kalau aku hanya buat satu dosa sahaja sehari dosaku sudah amat besar dan banyak dosaku. Bagaimana pula kalau aku mempunyai sehari 10,000 dosa?"
Kemudian dia terus menjerit dan jatuh pengsan. Bila orang-orang lain mengejutkannya, mendapati dirinya sudah mati.
2. MUHAMMAD BIN WASIE'
Ketika Muhammad bin wasi' رحمه الله dalam keadaan sakit tenat, ramai manusia yang menziarahinya. Ada yang berdiri dan ada yang duduk. Beliau berkata kepada seorang sahabatnya:
أخبرني ما يغني هؤلاء عني إذا أخذ بناصياتي وقدمي غدا وألقيت في النار؟ ثم تلا هذه الأية
{يعرف المجرمون بسيماهم فيؤخذ بالنواصي والأقدام}.
"Beritahu aku, apakah mereka semua ini boleh membantu aku ketika malaikat menyentap ubun2 dan kedua kaki ku dan aku dicampakkan ke dalam api neraka pada hari kiamat kelak? Kemudian beliau membaca ayat ini:
"Orang-orang yang berdosa dikenali dengan tanda-tanda yang ada pada mereka dan akan direntap ubun2 dan kaki mereka." (41 : ar-Rahman)
3. Suatu hari Abu Hurairah ra menangis ketika beliau sakit. Lalu ada orang berkata kepadanya: "Kenapa engkau menangis?" Lalu beliau menjawab:
أما إني لا أبكي على دنياكم هذه
ولكني أبكي لبعد سفري وقلة زادي وأصبحت في صعود مهبطة على جنة ونار فلا أدري إلى أيهما يسلك بي
ولكني أبكي لبعد سفري وقلة زادي وأصبحت في صعود مهبطة على جنة ونار فلا أدري إلى أيهما يسلك بي
"Adapaun aku sesungguhnya tidak menangis kerana kehilangan dunia ini, tetapi aku menangis kerana betapa jauh perjalanan ku (di akhirat) dan amat sedikit bekalan ku (amalan ku). Aku seumpama menaiki tempat yang tinggi dan akan jatuh samaada ke neraka atau ke syurga. Aku tidak tahu aku akan terjerumus ke neraka atau masuk ke syurga."
4. SAID BIN 'AMIR RA
Said bin 'Amir ra adalah seorang sahabat yang dilantik Umar ra sebagai pemerintah Syam. Penduduk syam telah mengadu kepada Umar ra tentang Sa'd. Diantaranya ialah Sa'id selalu jatuh pengsan. Lalu Said ra menjawab:
"Sesungguhnya aku kadang-kadang pengsan adalah disebabkan aku dahulu telah melihat pembunuhan Khabib al-Ansari ra di Makkah. Orang-orang Quraisy telah memotong dagingnya hidup-hidup dan menanggungnya diatas batang pokok kurma. Ketika itu mereka bertanya kepadanya "Adakah kamu suka kalau Muhammad ditempatmu sedangkan dirimu selamat sejahtera." Beliau menjawab "
والله ما أحب أني في أهلي وولدي معي عافية الدنيا ونعيمها ويصاب رسول الله صلى الله عليه وسلم بشوكة
"Demi Allah aku sesungguhnya tidak suka bersama anak2 dan isteriku dalam keadaan sihat dan mendapat nikmat sedangkan Rasulullah saw tercucuk duri."
Setiap kali aku teringat peristiwa yang menimpa khabib yang mana ketika itu aku masih musyrik, kemudian aku teringat bahawa aku tidak menolongnya , aku gementar kerana takut dengan azab Allah sehingga aku pengsan."
5. ABU BAKAR AS-SIDDIQ
Sesungguhnya Abu Bakar as-Siddiq ra ketika dirumahnya telah didatangi oleh seekor burung. Burung itu hinggap di sebatang pokok. Lalu Abu Bakar memandang burung tersebut dan berkata:
طوبى لك يا طير ما أنعمك على هذه الشجرة تأكل من هذه الثمرة ثم تموت ثم لا تكون شيئا ليتني مكانك
" Beruntunglah wahai burung terhadap nikmat pohon yang telah Allah berikan kepada mu. Engkau makan buah dari pohon ini. Kemudian engkau akan mati dan tidak dibangkitkan untuk dipertanggungjawabkan seperti manusia. Alangkah baiknya aku ditempat mu." (Hr Ibnu Abu Dunya)
KESIMPULAN
Walaupun mereka banyak melakukan amal soleh dan sebahgianya yang sudah dijamin syurga seperti Abu Bakar tetapi perasaan takut mereka melebihi segalanya. Mereka amat bimbang tidak diterima amalan mereka. Mereka begitu takut untuk berjumpa dengan tuhan. Balasan mereka adalah syurga seperti mana firman Allah swt:
{ولمن خاف مقام ربه جنتان}
" Dan sesiapa yang takut untuk berdiri dihadapan tuhannya pada hari kiamat mendapat dua syurga." (46 : ar-Rahman)
Rujukan: Makhawuf as-salihin min adamil qabul al-A'mal oleh Dr Muhammad 'Azzuz, Qasasus Salihin wa dumu'il Abidin oleh Haidar Muhyiddin dan at-Tahzibul Maudu'ie lihilyatul Auliya oleh Muhammad bin Abdullah.
Friday, October 8, 2010
Pemandangan Yang Indah
قَالَ أَنَسُ ابْنُ مَالِك رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح البخاري)
Berkata Anas bin Malik Ra : "Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam". (Shahih Al Bukhari)Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ
بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ...
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang telah menganugerahkan kepada kita anugerah terbesar yaitu iman, dengan perantara manusia yang paling beriman dan seseorang tidak akan mencapai puncak keimanan kecuali dengan mencintai pembawa tuntunan keimanan, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dijelaskan oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi shahib Simtuddurar, di dalam qasidahnya beliau menjelaskan bagaimana detak-detak jantung yang selalu rindu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sang pembawa keluhuran dari Allah. Ketika beliau ditanya : "apa yang menjadi penyembuh dari penyakit-penyakitmu"?, maka Al Habib Ali menjawab : "ubatnya adalah berjumpa dengan kekasihku, dan airmataku selalu mengalir karana rindu dengan kekasihku. Wahai Allah sampai bilakkah Engkau biarkan air mata ini mengalir, apakah menunggu sampai air mata darah yang mengalir dari mataku", demikian ucapan hujjatul islam wabarakatul anam shahib Simtuddurar Al Habib Ali Al Habsyi Ar.
Dengan rahasia keluhuran Allah lah kita berada di dunia ini , sampailah kita sebagai tamu Allah di istana keridhaan Allah, tidak satupun yang menginjak dunia ini kecuali dijanjikan untuknya pengampunan dan rahmat Allah, yang paling tidak adalah pengampunan Allah subhanahu wata'ala dan lebih dari itu adalah rahmat-Nya yang maha luas. Keberuntungan demi keberuntungan mengalir dalam kehidupan, dan dalam kehidupan ada keberuntungan yang membuka keberuntungan selanjutnya, dan ada pula keberuntungan yang membuka kehinaan, maka selalu lah memohon kepada Pemilik keberuntungan untuk membuka pintu keberuntungan bagi kita yang membuka keberuntungan untuk hari esok di dunia dan akhirah, Dialah (Allah) Yang Maha memilikinya, Dialah Yang Maha melimpahkannya, Dialah Yang Maha membagi-bagikannya sepanjang waktu dan zaman, Dialah Yang Maha berhak memberimu lebih dari apa yang telah disiapkan, Maha mampu memberimu lebih daripada apa yang pantas untukmu, hanya Dialah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi yang mampu melakukannya. Allah subhanahu wata'ala selalu siap memberi lebih dari yang kita minta dan kita harapkan, terbukti dari pemberiannya yang sedemikian banyak tanpa kita memintanya, betapa banyak hajat (kebutuhan) yang diberikan kepada kita tanpa kita memintanya ; jasad kita dan gerakannya, lidah kita dan suaranya, telinga kita dan pendengarannya, penglihatan kita dan pemandangannya, kesemua itu adalah hajat kita dan kita diberinya tanpa meminta, adakah yang lebih baik dari-Nya?!, maka janganlah kecewa jika ada satu atau dua permintaan kita yang belum diijabah oleh Allah subhanahu wata'ala, karena barangkali terdapat rahasia keluhuran yang tersembunyi di balik itu semua.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(التوبة : 100 ) "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" ( QS. At Taubah: 100)
Semoga aku dan kalian termasuk pengikut mereka, para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kaum Muhajirin dan Anshar, pengikut guru-guru kita dimana mereka mengikuti guru-gurunya sampai kepada Muhajirin dan Anshar, dan hingga sampai kepada imam Muhajirin dan Anshar, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Bulan Syawwal mengingatkan kita pada suatu kejadian besar, yaitu perang Hunain. Perang Hunain terjadi pada tanggal 6 Syawwal, dalam riwayat lain terjadi pada pertengahan Syawwal dan dalam riwayat lainnya terjadi pada akhir Syawwal, namun yang pasti adalah di bulan Syawwal pada tahun ke-8 H setelah Fath Makkah. Setelah Fath Makkah, Makkah telah ditundukkan tanpa senjata, seluruh patung di Ka'bah dibersihkan tanpa ada lagi pertikaian, kesemuanya telah pasrah kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersama 10.000 muslimin muslimat yang ikut dalam Fath Makkah. Di saat itu seusai Ka'bah dan Makkah dibenahi, ternyata masih ada orang-orang yang belum menerima kenabian nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mereka adalah kaum Hawazin, di wilayah Hawazin mereka telah mengumpulkan pasukan yang sangat banyak, mereka adalah perpaduan antara kaum Yahudi dan kuffar Quraisy, mereka bersatu di Hawazin untuk menyerang Madinah Al Munawwarah, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak jadi kembali ke Madinah, tetapi setelah Fath Makkah beliau langsung menuju ke Hawazin untuk peperangan di medan Hunain. Adapun jumlah muslimin di saat itu adalah 12.000 orang. Dan Rasulullah diikuti oleh banyak penduduk Makkah yang baru masuk Islam dan banyak juga orang-orang yang masih setengah iman, ada yang baru masuk Islam namun imannya sudah sangat kuat, ada juga yang terpaksa masuk Islam karena khawatir dimusuhi oleh mayoritas kaum muslimin. Di zaman dahulu dalam peperangan ada adabnya, berbeda dengan zaman sekarang. Dahulu meskipun diantara mereka terdapat orang-orang munafik, ada orang-orang musyrik dan orang-orang kafir, namun dalam hal peperangan mereka memiliki peraturan, peraturannya adalah peperangan tidak boleh dimulai kecuali sudah menjelang pagi dan keadaan sudah terang, ketika sudah masuk waktu dhuha maka boleh memulai perang, dan ketika matahari akan terbenam maka peperangan harus dihentikan. Hal itu adalah peraturan yang tidak tertulis dan dipatuhi oleh seluruh dunia di masa itu. Namun di saat itu kaum Hawazin melanggar peraturan ini, karena disaat kaum muslimin baru selesai mengerjakan shalat Subuh dan Rasulullah bersama kaum muslimin masih berada di dalam kemahnya, mereka langsung diserbu oleh pasukan kaum Hawazin, mereka muncul dari balik batu, dari gunung-gunung, dari bukit, dan dari lubang-lubang yang mereka buat, dan mereka menghujani muslimin dengan panah mereka maka kacau balau lah keadaan muslimin di saat itu, mereka kebingungan karena diserang panah yang tidak diketahui dari mana arahnya, entah dari depan, dari belakang, dari kiri atau dari kanan, maka 12.000 kaum muslimin diantara mereka ada yang melarikan diri karena iman mereka lemah, dan ada yang bersembunyi untuk mengetahui dari mana arah panah-panah itu. Maka keadaan di saat itu sangat kacau mereka semua lari dan berpencar, tinggallah Rasulullah bersama beberapa kaum muhajirin dan ahlul bait, diantara mereka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, sayyidina Umar bin Khattab, sayyidina Ali bin Abi Thalib dan sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib, dan dalam riwayat lain juga termasuk juga Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Mutthalib (bukan Abu Sufyan bin Harb, pimpinan Makkah). Kelima orang ini tidak ingin jauh dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun diantara muslimin yang lainnya ada yang melarikan diri, ada yang bersembunyi, ada yang kebingungan tidak tau harus berbuat apa, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berseru: "wahai kaum Anshar!", namun belum ada yang menjawab karena kaum Anshar ketika itu pun terpecah belah. Maka Rasulullah pun maju, namun Abu Sufyan bin Harits menahan tali kuda beliau agar beliau tidak maju karena gentingnya keadaan di saat itu dimana serangan panah tidak henti-hentinya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
أَناَ النَّبِيُّ لَا كَذِبَ أَنا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ
"Aku adalah seorang nabi yang tak akan berdusta, akulah putra Abdul Mutthalib"
Yang terkenal sebagai ksatria dan tidak akan lari dari peperangan, maka majulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Abu Sufyan berteriak melanjutkan seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Ya ma'syaral Anshar!", kaum Anshar mendengar seruan itu dan menjawab: "Labbaik wasa'daik Ya Rasulullah", maka kaum Anshar pun turun dari atas bukit, maka semangat mereka bersatu kembali setelah melihat Rasulullah maju dalam peperangan, jika Rasulullah mundur maka keadaan 12.000 kaum muslimin akan kacau balau, namun karena Rasulullah maju sendiri maka merekapun kembali bersatu yang akhirnya membawa kemenangan. Dalam kejadian ini terdapat satu hikmah bahwa banyaknya jumlah pasukan belum tentu merupakan suatu kekuatan, banyaknya senjata juga belum tentu merupakan suatu kekuatan, tetapi kekuatan yang hakiki adalah kekuatan yang ada pada ruh dan jiwa, mengandalkan kekuatan Allah subhanahu wata'ala itulah kekuatan yang sebenarnya. Ada sebuah hikayat di zaman Bani Israil, dimana ketika itu ada seorang Rahib (ulama di zaman sekarang) yang berdakwah namun tidak disenangi oleh raja di masa itu, tetapi banyak para pengikut rahib itu. Ketika Rahib itu ditangkap, ribuan pengikutnya pun turun dan menyerang istana Raja, maka Rahib itu dipanggil dari dalam selnya dan diperintah untuk menyuruh para pengikutnya bubar dari istana, maka Rahib itu berkata: "kalian tidak perlu takut dengan mereka, mereka hanyalah buih namun nanti sore akan datang gelombang itulah yang harus kalian risaukan". Maka di sore harinya datanglah seorang pemuda ksatria dengan satu kampaknya ia menghancurkan benteng kerajaan itu, mengacak dan memporak-porandakan semua pasukan sang raja, dialah gelombang itu. Hadirin hadirat, demikian pula Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendidik para sahabat untuk menjadi seperti gelombang bukan menjadi buih, karena buih hanyalah muncul dan terlihat banyak namun tidak memiliki kekuatan yang setelah itu akan hilang, namun berbeda dengan gelombang. Dan terbukti ketika perang Badr bahwa jumlah muslimin sebanyak 313 orang mereka bagaikan gelombang, dan Wali Songo yang sembilan orang itu pun berjiwa gelombang, yang mana mereka datang ke Indonesia dengan damai tanpa ada kerusuhan dan tidak membawa senjata apa pun, mereka datang dan mengajarkan kedamaian, mereka menikah dengan putri-putri raja yang kemudian masuk Islam yang akhirnya Islam tersebar luas ke seluruh pulau Jawa, Papua, Makassar, dan lainnya. Mereka (Wali Songo) adalah gelombang, buah dari perjuangan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh sebab itu yang kita harapkan dari perjuangan dakwah nabi Muhammad adalah munculnya gelombang, yaitu orang-orang yang mempunyai jiwa yang cinta kepada nabinya, jiwanya selalu berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala dimana pun ia berada, baik ia di majelis, di Jakarta, di Amerika dan dimanapun ia berada namun ia telah memiliki jiwa yang kuat, maka ia akan menjadi gelombang yang membuat gelombang lainnya muncul menjadi lebih besar. Maka jadilah gelombang, masing-masing diantara kita harus mempunyai jiwa yang teguh, kita harus tau kemana kehidupan ini akan diarahkan, yang mana arahnya adalah ke kuburan dan tidak ada tujuan lain lagi selain itu. Namun dalam kehidupan tentunya kita akan menghadapi banyak hal yang harus kita lewati dan kita hadapi dengan baik dan secerdik mungkin, jangan sampai kita terjerumus ke dalam perangkap-perangkap kehinaan dan dosa. 14 abad yang silam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diutus oleh Allah sebagai "rahmatan lil 'alamin" di muka bumi dan gelombang terus sampai ke penjuru di barat dan timur hingga saat ini. Barangkali 10 tahun yang lalu tidak terfikirkan oleh kita akan ada majelis di Monas yang dihadiri lebih dari 1 juta muslimin dan muslimat, namun gelombang dari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak bisa dihentikan, terus muncul dan muncul, ketika hilang ia akan muncul kembali dan begitu seterusnya. Maka haruslah kita jaga jangan sampai menjadi buih yang tidak ada kekuatannya.
Diriwayatkan pula ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pulang setelah menang dalam peperangan Hunain. Dan sedemikian liciknya kaum Hawazin untuk mengalahkan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam perang Hunain, sehingga mereka jadikan anak-anak dan istri mereka berada di belakang setiap laskar mereka, yang seharusnya anak-anak dan para wanita diamankan di dalam rumah dan tidak boleh ikut dalam peperangan, supaya mereka yang memerangi kaum muslimin tidak mundur dari peperangan karena dibelakang mereka adalah anak-anak dan istri mereka, begitu liciknya mereka untuk bisa memenangkan peperangan itu. Namun tetap saja kemenangan hanyalah milik Allah subhanahu wata'ala, keadaan disaat itu sedikit kacau namun segera membaik karena gelombang yang sangat kuat dan mempengaruhi yang lainnya yaitu munculnya gelombang yang semakin besar. Maka Rasulullah pulang ke Madinah Al Munawwarah dengan kemenangan. Ketika perang Hunain semua harta, anak-anak dan para wanita dibawa oleh orang kuffar ke peperangan, dan setelah mereka dikalahkan dalam perang itu harta mereka pun ditinggal. Maka ghanimah (rampasan harta perang) itu dibagi-bagikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kaum Muhajirin, kepada para muallaf (yang baru masuk Islam), kepada penduduk Makkah dan orang-orang yang hijrah dari tempat lain, namun kaum Anshar tidak kebagian ghanimah itu. Mualilah kaum Anshar kasak kusuk, diantara mereka berkata : "ketika Rasulullah dalam keadaan susah maka kami yang dipanggil dan kami yang bertindak, tetapi ketika pembagian ghanimah kami tidak mendapatkan bagian". Maka Rasulullah pun mengumpulkan kaum Anshar (riwayat Shahih Al Bukhari), dan berkata : " aku telah memberikan harta ghanimah kepada kaum muhajirin dan para muallaf, maka mereka pulang dengan membawa harta itu, dan kalian pulang dengan membawa diriku, aku bersama kalian, cukupkah aku untuk kalian?", maka kaum Anshar pun menangis dan berkata: "hasbuka (cukuplah engkau) wahai Rasulullah". Kaum Anshar sangat mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun dalam hal ghanimah itu kaum Anshar tidak mendapatkan bagian karena Rasulullah tau bahwa kaum Anshar adalah orang-orang yang mampu, mereka memiliki rumah, pertanian, perkebunan, peternakan dan yang lainnya, sedangkan kaum muhajirin adalah penduduk yang datang dari Makkah dan tidak memiliki apa-apa, dan orang-orang muallaf pun datang dari jauh dan tidak mempunyai keluarga, maka mereka berhak mendapatkan bagian ghanimah itu. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adil dalam pembagian ghanimah itu, dan meskipun kaum Anshar tidak berhak atas harta itu namun Rasulullah tidak berkata: "kaum Anshar kalian tidak berhak atas ghanimah itu karena kalian adalah orang-orang yang mampu", Rasulullah tidak berkata demikian, namun beliau berkata : "wahai kaum Anshar mereka pulang dengan membawa harta, sedangkan kalian pulang dengan membawa diriku, cukupkah diriku untuk kalian"?, demikian bijaksana nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, manusia yang paling indah. Diantara akhlak beliau adalah sangat berlemah lembut namun beliau bukanlah orang yang pengecut. Setelah kejadian perang Hunain, ada seorang badui yang tidak kebagian harta ghanimah, maka rida' (sorban) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang biasa beliau gunakan sebagai sajadah ketika shalat, atau diletakkan di pundaknya itu ditarik oleh badui ini dan berkata: "baiklah, jika engkau tidak lagi mempunyai harta lebih, aku minta ini saja", namun Rasulullah kembali menariknya dan berkata: "ketahuilah sorban ini adalah milikku satu-satunya, dan seandainya aku mempunyai lebih dari satu maka pastilah akan kuberikan untukmu, dan engkau tau bahwa aku bukanlah orang yang pendusta, dan bukanlah orang yang kikir, dan aku bukanlah pengecut", maka badui itu mundur setelah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Rasulullah : "dan aku bukanlah pengecut". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna dari seluruh makhluk Allah, oleh sebab itu diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, dijelaskan oleh sayyidina Al Barra' Ra :
كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا وَأَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling indah wajahnya dan paling indah akhlaknya"
Akhlak beliau sangat indah dan tidak ada yang lebih indah dari akhlak beliau. Dan kita telah mendengar sebuah riwayat dari sayyidina Anas bin Malik Ra:
مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam"
Wajah orang yang paling khusyu', jiwanya yang selalu hadir bersama Allah, selalu bermunajat kepada Allah, yang berlemah lembut kepada semua manusia baik kawan atau pun lawan, kepada semua hewan dan tumbuhan dan semua makhluk Allah subhanahu wata'ala. Demikian manusia yang paling berhak untuk kita jadikan idola, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat nabi, sayyidina Abi Jahifah Ra berkata : "ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat, para sahabat meraih tangan Rasulullah dan mengusapkan ke wajah mereka, dan aku pun mengikuti perbuatan mereka juga maka kuusapkan tangan Rasulullah di wajahku dan kurasakan tangan beliau begitu menyejukkan wajahku, dan tidak pernah kutemukan kain yang lebih lembut dari telapak tangan beliau". Diriwayatkan oleh sayyidina Anas bin Malik Ra beliau berkata:
مَا مَسَسْتُ حَرِيْرًا وَلَا دِيْبَاجًا أَلْيَنُ مِنْ كَفِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا شَمِمْتُ رِيحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ أَوْ عَرْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Aku tidak pernah menyentuh sutera dan pakaian sutera yg lebih lembut daripada telapak tangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku tidak pernah mencium bau yg lebih harum daripada bau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam"
Dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan lainnya bahwa para sahabat berkata: "tidak pernah kami menemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". Secara logika dan ilmiah kita tau bahwa keringat itu keluarnya dari kotoran sel, kalau seandainya sampah-sampah sel yang keluar dari tubuh sang nabi lebih wangi dari minyak wangi, maka sungguh indahnya ciptaan Allah yang satu ini, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh sebab itu Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
(القلم : 4 ) " Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" ( QS. Al Qalam: 4)
Dan Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
(الأحزاب :45-46 ) "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi" ( QS. Al Ahzab: 45-46)
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سُرَّ اِسْتَنَارَ وَجْهُهُ حَتَّى كَأَنَّ وَجْهَهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ
"Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bila gembira wajahnya bercahaya seperti bulan purnama"
Dan di dalam riwayat Al Imam Tirmidzi disebutkan : "seakan-akan matahari dan bulan beredar di wajah beliau shallallahu 'alaihi wasallam", karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan juga di dalam Shahih Muslim bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca ayat alqur'an (ucapan nabiyullah Ibrahim As):
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(إبراهيم:36 ) "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ibrahim: 36)
Kemudian Rasulullah membaca ayat al qur'an lagi (ucapan nabi Isa As):
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
(المائدة : 118 )" Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana " ( QS. Al Maidah : 118 )
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya, menangis dan berdoa:
اَللَّهُمَّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ
Kemudian malaikat Jibril As turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Wahai Rasul, Allah bertanya apa yang membutmu menangis?" Allah subhanahu wata'ala Maha Tau keadaan beliau- , namun Allah mengutus Jibril As kepada Rasulullah agar beliau mengeluarkan isi hatinya, apa yang menyebabkan beliau menangis. Maka Rasulullah berkata: "Nabi Ibrahim As berlepas diri dari ummatnya yang pendosa, begitu pula nabi Isa As, namun aku tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari ummatku yang pendosa, aku tidak mampu mengatakan seperti yang telah diucapkan nabi Ibrahim dan nabi Isa (QS. Ibrahim: 36 dan QS. Al Maaidah: 118)". Maka malaikat Jibril kembali kepada Allah dan Allah subhanahu wata'ala memberi salam kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian malaikat kembali kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, wahai Rasulullah Allah subhanahu wata'ala telah menyampaikan kepadamu:
إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوؤُكَ
Maka di saat itu tenanglah perasaan nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun sebelum itu beliau menangis karena tidak bisa berlepas diri dari ummatnya yang berdosa, beliau masih infin menyelamatkannya, maka Allah berikan hak syafaat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk ummatnya yang pendosa, inilah idola kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ketika kaum Thaif melempari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, padahal Rasulullah sangat mampu untuk mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah untuk mencelakakan kaum Thaif, bahkan Allah telah memerintahkan kepada malaikat yang menjaga gunung untuk mengangkat gunung, setiap makhluk dijaga oleh para malaikat, dan manusia dijaga oleh dua malaikat (Raqib dan Atid), paling sedikit dua malaikat yang menjaga manusia, namun jika ia banyak beribadah, akan lebih banyak lagi malaikat yang menjaganya. Maka malaikat yang menjaga gunung berkata kepada Rasulullah: "wahai Rasulullah izinkan aku untuk mengangkat gunung dan kutimpakan di atas Thaif", sebagaimana yang telah Allah perbuat kepada kaum nabi Luth, dimana malaikat Jibril mengangkat gunung dan menjadikan bagian atas berada di bawah dan sebaliknya kemudian menimpakannya pada kaum nabi Luth. Maka Rasulullah berkata: "jangan engkau hukum mereka, aku masih berharap barangkali keturunan-keturunan mereka ada yang mendapatkan hidayah". Apa yang diperbuat oleh kaum Thaif kepada Rasulullah?, ketika Rasulullah berjalan, mereka berbaris di kiri kanan dan terus melempari kaki Rasulullah dengan batu, sehingga kaki Rasulullah berlumuran darah dan beliau terjatuh, mak mereka menyuruh beliau bangun dan berjalan lagi kemudian kembali melempari beliau dengan batu demikian seterusnya yang dilakukan kaum Thaif kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah beliau keluar dari Thaif mereka menyuruh anak-anak untuk mengejar dan melempari beliau dengan batu, seakan-akan anak-anak itu mengejar-ngejar orang gila. Mengapa kaum Thaif berbuat demikian?, karena patung-patung yang mereka sembah berbicara, patung-patung itu dimasuki oleh syaitan, jin dan iblis untuk berbicara bahwa nabi Muhammad adalah pendusta. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengadu kepada Allah dengan mengatakan: "wahai Allah, mengapa Engkau jadikan syaitan dapat mempengaruhi patung-patung itu sehingga bisa berbicara dan mendustakan aku?!", namun Rasulullah hanya berkata : " Wahai Allah kemana lagi aku akan pergi, aku menuju kepada sahabat-sahabatku, mereka dibantai, aku pergi kepada musuh-musuhku, mereka meerangi dan menyiksaku, namun selama Engkau tidak marah kepadaku maka aku tidak peduli apa yang terjadi padaku". Begitu indahnya sang nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan beliau berkata : "yang kuharapkan barangkali kelak keturunan mereka mendapatkan hidayah". Subhanallah, Rasulullah masih peduli pada semua yang masih ada di janin musuh-musuhnya barangkali bisa diselamatkan dan mendapatkan hidayah, demikian indahnya idola kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Diantara hal yang perlu saya sampaikan juga dari penyampaian-penyampaian yang terakhir adalah masalah qubah kramat Cikini, dan perlu saya perjelas lagi walaupun sudah pernah saya perjelas di beberapa majelis. Masalah qubah Cikini ini ada tiga jenazah yaitu Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi yaitu ayah Al Habib Ali Kwitang, dan juga ada istrinya dimana beliau adalah adik dari Raden Shaleh, dan dari pernikahan itu lahirlah Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang, jadi Al Habib Ali bin Abdurrahman adalah keponakan Raden Shaleh. Maka dalam masalah pemindahan makam ini ada 3 hal yang perlu saya jelaskan, yang pertama secara syariah, secara syariah di dalam mazhab Syafi'i ada 18 hal yang membolehkan makam dipindah atau dibongkar, namun tidak satupun yang termasuk dalam hal ini, diantaranya adalah jika makam tidak menghadap ke kiblat maka harus dibongkar dan dihadapkan ke kiblat, begitu juga jika kain kafan yang digunakan adalah hasil curian maka harus dibongkar dan diganti dengan kain kafan yang bukan curian, atau jika yang meninggal adalah pencuri dan menelan barang curiannya dan pemilik barang itu tidak ridha dan meminta barang itu dikembalikan, maka makamnya harus dibongkar. Dan dari ke 18 hal yang memperbolehkan sebuah makam dipindah atau dibongkar, tidak satu pun dari permasalahan pembongkaran ini yang termasuk di dalamnya. Dan meskipun semua ahli waris setuju dalam hal pemindahan namun tidak ada syarat dari 18 hal tersebut, maka pemindahan makam tetap tidak diperbolehkan.
Yang kedua menurut UU Negara kita, yaitu jika ahli waris sepakat maka makam boleh dipindahkan, maka berbeda antara syariat dan UU negara.
Namun ada yang ketiga dan terpenting adalah masalah maslahat, secara maslahat maka antara syariat dan UU sama yaitu tergantung kemaslahatannya, jika maslahatnya makam harus dipindah maka dipindah, dan jika maslahatnya makam tidak dipindah maka makam tidak dipindah.
Jika memperhatikan kemaslahatan terkadang hal yang haram bisa menjadi halal, misalnya ada yang mau meninggal karena kelaparan dan yang ada hanyalah makanan yang haram dan jika tidak dimakan orang itu akan meninggal, maka makanan itu boleh dimakan karena demi kemaslahatan. Jadi tergantung kemaslahatannya, maka masalah ini jika dilihat secara syariat maka tidak boleh dipindah, dan secara UU haruslah kesemua ahli waris sepakat atas pemindahan itu, dan yang terakhir secara kemaslahatan, hal ini harus dirundingkan antara ahli waris, para tokoh setempat dan fihak yang berwajib, dan hal ini sudah diserahkan kepada fihak yang berwajib dan saya juga mengikutinya secara tidak langsung, karena saya tidak mau terjun langsung secara anarkis dan tidak ingin ada pertumpahan darah, karena shahib maqam pun tidak akan ridha jika ada pertumpahan darah yang disebabkan makam beliau. Kita lihat sudah terjadi upaya pemindahan itu namun tidak bisa, berarti Allah tidak menghendaki pemindahan itu. Jika terjadi rencana pemindahan lagi apa yang harus kita perbuat?, jauhilah pertikaian, boleh kita mengamankan namun tanpa ada pertikaian apalagi sampai mengatasnamakan Majelis Rasulullah. Perjuangan dakwah kita ini untuk jangka panjang, untuk anak-anak kita, cucu-cucu kita, maka jagalah jangan sampai kita hancurkan. Semoga aku dan kalian menjadi gelombang dalam dakwah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian yang ingin saya sampaikan, dan saya mohon doa semestinya malam ini saya berangkat menghadap guru mulia ke Yaman, namun beliau belum memberi jawaban. Jika besok beliau izinkan maka saya akan berangkat besok malam di jam yang sama 00.40 Wib, tetapi insyaallah hari Kamis atau Jum'at sudah kembali ke Jakarta. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada beliau, namun belum ada lampu hijau dari beliau tetapi tidak ada larangan untuk menghadap hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk mengunjungi beliau, maka saya belum bisa pastikan kapan saya berangkat karena menunggu instruksi dari beliau. Jika ini menjadi kemaslahatan semoga dimudahkan dan segera diberangkatkan oleh Allah subhanahu wata'ala dan kembali ke Jakarta dengan selamat. Semoga Allah pilihkan yang terbaik.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita berdoa dan bermunajat kepada Allah, agar Allah tidak menyisakan dosa-dosa kita, dosa orang tua kita, semoga Allah memberi semua hajat kita baik yang kita ketahui dan tidak kita ketahui, semua hajat kita di dunia dan di akhirah, semoga kemikmatan ditambah dengan kenikmatan yang lebih besar. Rabbi, semua keputusan akan kenikmatan untuk kami di dunia dan akhirah tambahkanlah, dan semua keputusan akan musibah yang akan datang untuk kami hilangkanlah dan gantikan dengan kenikmatan. Rabbi, inilah harapan dan doa, inilah permohonan dari hamba-hamba pendosa yang lemah yang penuh dengan harapan, dan Engkau tidak akan mengecewakan para pendoa dan para pengemis kepada-Mu karena Engkaulah Yang Maha Dermawan dan Maha Memberi…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-samaيَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Hadirin hadirat, jika Nabi Muhammad tidak mau berlepas diri dari ummatnya yang pendosa, maka janganlah kita berlepas diri dari nabi kita, selalulah ingin bersama beliau. Selanjutnya kita mohonkan kepada Ad Daa'i ilallah Al Habib Ibrahim Aidid untuk memimpin kita membaca qasidah Ya Arhamarrahimin untuk mendoakan kaum muslimin muslimat dan mengingatkan kita kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian kalimat talqin oleh Al Habib Abdurrahman Al Habsyi, falyatafaddhal…
Monday, September 6, 2010
Thursday, July 15, 2010
BILA ORANG BERBUAT SALAH
Semoga Allah S.W.T. melindungi saya yang fakir ini dan juga kalian, dari perasaan amarah yang menjadi musuh yang bernanah di dalam hati kita, semoga Allah S.W.T. memberi petunjuk kepada saya dan kalian dalam memperbaiki diri agar lebin baik daripada semalam.
Ada orang tidak sehaluan dalam menjalinkan kehidupan kekeluargaan, orang yang tidak suka berjiran, orang yang tiada nikmat dalam pekerjaan adalah orang yang hatinya sangat busuk dan tengit, ingatlah semakin hati kita penuh dengan kesombongan, semakin hati padat dengan kedengkian, dan kebencian, akan habislah semua waktu kita hanya untuk sifat ini. Sungguh sangat berbahagia orang yang hatinya bersih, lapang dan tiada masalah, kerana kenikmatan suasana hidup bergantung kepada hati, walaupun terhimpit hidupnya tidak menjadi masalah bagi orang yang berhati lapang, sebaliknya hidup di tanah yang lapang tapi jikalau hatinya terpenjara, tetap akan menjadi masalah.
Sesuatu mesti dilakukan agar seseorang merasakan bening hatinya adalah dengan menyingkap ketika orang lain berbuat salah, jiran kita berbuat salah, rakan sekerja berbuat salah, majikan kita berbuat salah ini kerana mereka bukanlah malaikat, Namun yang menjadi masalah bagaimana kita menguruskan kesalahan orang lain.
Kaedah untuk menyelesaikan masalah ini sangat mudah, kaedahnya ada pada diri kita sendiri apa yang kita ingin daripada sikap orang lain pada kita ketika kita berbuat salah? kita berharap orang lain tidak marah kepada kita, harapan kita agar orang lain memberitahu kesalahan kita dengan penuh kesantunan, kita juga tidak ingin orang lain memarahi kita atau mempermalukan kita di khalayak, walaupun hukuman yang dijatuhkan kita ingin di adili dengan penuh etika, kita juga berharap diberi peluang untuk memperbaiki diri. Jika keinginan ini ada pada diri kita, mengapa ketika orang lain berbuat salah, kita hamburkan dengan caci maki, menghina, memarahi dan juga kita selalu menzalimi.
Sahabatku, ketika orang lain berbuat salah, jika posisi kita sebagai penerima masalah, haruslah kita bersabar dengan tiga peringkat iaitu: sabar, sabar dan sabar, jika kita sebagai orang yang menerima masalah itu, walau dalam apa jua keadaan kita harus mempersiapkan diri untuk di kecewakan.
Andai kata ada orang yang melakukan kesalahan, maka haruslah kita berfikir adakah orang yang berbuat salah ini tahu yang ia telah melakukan kesalahan,kerana ada orang yang melakukan kesalahan dan dia tidak mengerti kesalahannya, kia haruslah membantu orang tersebut mengetahui jalan untuk menyelesaikan kesalahannya, membantu orang itu agar lebih bersemangat dalam memperbaiki dirinya, kaedah ini adalah lebih baik dari memaki hamun, dan memalukannya, jika yang melakukan kesalahan adalah anak-anak kita, isteri kita, dan keluarga kita, mereka itu adalah sebahagian daripada diri kita, sanggupkah kita memakinya dan tidak memberi peluang untuk mereka berubah, pimpinlah oramg yang melakukan kesalahan kerana itu akan memberi mereka kekuatan untuk melakukan perubahan.
Wahai sahabatku, jadilah seseorang yang berusaha membantu orang lain menyelesaikan masalah yang di hadapinya, membantu orang lain keluar dari masalahnya agar ia tahu cara menguruskan masalahnya, dan membantu orang ynag berbuat salah agar bersemangat dalam memperbaiki dirinya.
Jika kita melihat orang yang meninggalkan solatnya harus kita bantu agar mengingatkan bertapa pentinya solat, membantu mengajarnya cara-cara bersolat, membantunya bersolat dengan penuh istiqomah, jika rakan kita seorang penagih dadah, haruslah kita memberitahunya bahayanya dadah.Kita haruslah dalam keadaan bersedia membantu, orang yang pemikirannya selalu ingin membantu dan memperbaiki orang lain, dia tidak pernah membenci kepada sesiapa pun,Jika di banding dengan orang yang hanya menghukum dengan memaki hamun, menempelak, mencela dan menghina, orang itu adalah lubuk kesalahan-kesalahan.
Ya Rabby,jauhkan kami semua dari semua sifat menghukum, kerana itu adalah sifat bagimu Ya Rabby, Ya Rabbana, jika ada diantara kami yang melakukan kesalahan bantulah kami menyelesaikannya, kerana hanya dengan bantuanMu sahaja dapat kami memperbaiki diri, kerana tiada daya upaya kami dalam menyusuri hari-hari tanpa redo Mu Ya Allah.
Wednesday, July 14, 2010
KEIKHLASAN
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Maha Raja Alam Semesta, Masa Penguasa setiap waktu dan masa, Maha menguasai setiap kejadian, dan semua yang terjadi di alam kehidupan ini, alam yang fana dan alam yang abadi, alam yang abadi menantiku dan menanti kalian untuk mencapainya, untuk mendapatkannya, dengan seruan-seruan yang sangati sempurna, dari Maha Pembawa kemuliaan di dunia dan akhirat, utusan yang paling di cintai Allah, makhluk yang paling di cintai Allah, Cinta Nya Allah sebagai hamba dan Rasul Nya, yang terbuka dari tuntunannya segala keridhaan Ilahi, Samudera yang Allah ciptakan, menjadi samudera keridhan Allah, Sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Samudera cahaya kasih sayang Ilahi Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Samudera Cinta Nya Allah Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Yang setiap gerak geriknya adalah Ridha Allah subhanahu wata'ala
Semoga Allah S.W.T. mengurniakan kita hati yang penuh dengan keikhlasan. Kerana apapun yang kita lakukan hingga bersembur peluh, melaut keringat, habis tenaga dan terperah pemikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak aka nada nilai di sisi Allah S.W.T. Bertempur di medan perang melawan musuh tetapi jika ingin di sebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai sekelumit pun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin di sebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Melaungkan azan setiap waktu solat, tetapi azan nya bukannya ikhlas, hanya sekadar ingin mempamerkan kelunakan suara agar di puji oleh orang, maka itu hanyalah teriak-teriakan yang tiada harganya disisi Allah S.W.T.
Ikhlas, terletak pada niat hati, tersangat luar biasa sekali
pentingnya niat yang ada dalam hati, kerana niat adalah peringkat amal. Manusia-manusia
yang tidak pernah menjenguk niat yang bertapak di dalam hatinya, mereka itu
tergolong sebagai orang yang mengerjakan amal yang sia-sia, membuang waktu,
tenaga, dan harta kedaerah yang tidak di lawati oleh pahala. Keikhlasan benar-benar
amat penting dan membuat hidup ini sangat mudah, indah dan bermakna.
Ikhlas itu apa? Orang yang ikhlas orang yang tidak hanya
mementingkan kehendak peribadi imbuhan duniawi daripada apa yang ia kerjakan.
Tujuan orang yang ikhlas hanyalah satu iaitu apa yang ia lakukan di terima oleh
Allah S.W.T. Ketuka ingin bersedekah jangan alihkan pandangan kita ke kiri dan ke
kanan, tetapi fokuskan adakah wang yang di sedekahkan itu di terima oleh Allah S.W.T.
Apapun yang dilakukan pastikan tujuan kita hanya untuk
Allah, dan jadikan segala amalan kita sebagai ladang di dunia ini untuk kita
bercucuk tanam dan hasilnya di petik pada hari perhitungan kelak. Seperti kata
Imam Ali bahwa orang yang ikhlas itu hanya menumpukan pemikirannya gar setiap
amal yang di kerjakan di terima oleh Allah S.W.T. Seorang penceramah yang tulus
hatinya tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tetapi
lantunan-lantunan yang berdetar di bibirnya menjadi kesukaan di sisi Allah
S.W.T. Jikalau ikhlas hanya dengan bersederhana dalam berkata-kata, pasti Allah
akan menyemainya di setiap kalbu yang tercalit oleh bait-bait sebutannya.
Apakah yang diperolehi jika seseorang hamba itu ikhlas? Seseorang
hamba yang ikhlas akn merasakan ketenteraman jiwa, ketenangan batinnya, kerana
keikhlasan yang dilakukan bukan untuk mendapat imbuhan, penghargaan dan pujian.
Kekuatan hamba-hamba yang ikhlas mempunyai kekuatan rohaniah
yang sangat menebal, ia seakan-akan menjadi satu kuasa yang melimpah ruah. Keikhlasan
hamba Allah dapat di lihat dari raut wajahnya, tutur katanya, serta gerak-geri
perlakuannya, Pasti kita akan merasa bahagia pabila bergaul dengan golongan
yang ikhlas, tidak akan curiga atau di tipu, setiap ungkapannya dan kelakuannya
tidak akan tersembunyi.
Kenikmatan bergelumang dengan golongan yang ikhlas hatinya,
setiap ungkapannya tidak bagai pisau yang menghiris hati, setiap perilakunya
bagaikan kabus dipagi hari.
Semoga Allah memberikan kepada aku dan kalian keikhlasan,
semoga Allah mengurniakan kepada aku dan kalian ketulusan. Ya Rabby ijabahkan
doa kami, agar kami pulang bertemu dengan Mu dalam keadaan diredoi……..Amin.
KEBENINGAN HATI
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka cahaya keluhuran sepanjang waktu dan zaman, Yang Maha Menerbitkan kebahagiaan dan Maha Melimpahkan anugerah sepanjang waktu dan masa. Maha suci Allah yang menciptakan hati dari segumpal darah, dan penuh dengan perasaan-perasaan.
Sungguh beruntung bagi sesiapa yang mampu menuntun qolbunya menjadi bening, jernih, bersih dan selamat, sungguh berbahagia dan beruntung bagi sesiapapun sekiranya memiliki qolbu yang terpelihara, dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Kerana selain merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan pancaran hatipun akan terpancar pula dari indahnya perilakunya.
Orang yang hatinya terjaga dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, bagai embun menggayut di hujung rerumput di pagi hari yang cerah lalu terpancar sejuknya sinar mentari pagi. Jernih, bersinar, sejuk dan menyegarkan, tidaklah rugi bagi orang yang menatap pemilik wajah seperti ini, akan merasa nikmat, dan pasti senyumannya tulus bagi membahagiakan penatapnya.
Tatkala berkata-kata, ucapannya bersih dari melukai orang lain, dan jauh dari dari menyombongkan diri, ia terpelihara daripada kata-kata riyak, setiap tutur kata yang dilantunkan daripada lisannya pasti terpelihara dengan baik, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna dan sarat dengan manfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah-buah yang terhasil daripada gelodak keinginan di lubuk hatinya yang paling sayup untuk membahagiakan orang lain.
Orang yang bening hatinya, akal fikirannya akan jauh lebih jernih, baginya tidak ada waktu berfikir atau berbicara perkara keburukan, apalagi berfikir untuk menzalimi orang lain. Waktu baginya sangat berharga, tidak mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk jalan yang tidak bermanfaat, kerana setiap detik waktunya digunakan untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya yang dituntut oleh Allah S.W.T. Orang yang bening hatinya sebegini akan lebih mudah menerima ilmu pengetahuan yang disuapkan, memahami setiap permasalahan dan aktif melakukan pelbagai kreativiti pemikiran.
Orang yang terjaga hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak menuju jalan-jalan kebaikan dan tidak menghiraukan ketika ia menjalin persahabatan dengan sesama manusia lain pasti menjadi kebaikan baginya dan orang lain. Hati yang bersih akan terpancar dari akhlak yang indah mempersonakan, rendah diri, dan penuh dengan kesantunan, Sesiapapun yang bertemu dengannya akan beroleh beraneka manfaat kebaikan, bahkan masa berpisah sekalipun orang ini akan menjadi buah kenangan yang tak akan dilupakan.
Kebeningan hatinya ternyata akan menjalinkan untaian-untain yang luar biasa dengan maha pencipta, dengan keyakinan yang mantap, mengingat dan menyebut maha penciptanya pada setiap detik hembusan nafasnya. Ibadahnya akan terasa lebih nikmat dan lazat, Begitu juga dengan doanya menjadi luar biasa mustajabnya, dan yang paling luar biasa saat-saat bertemu dengan Maha Kekasihnya di Akhirat kelak.
Orang yang bersih hatinya, luar biasa nikmatnya, luar bisa bahagianya, dan luar biasa mulianya, tidak hanya di dunia bahkan rentetan-rentetan turut sama di gendong ke Akhirat kelak, tidak cintakah kita kepada hati yang bersih? tidak rindukah kita mengundang cinta hati yang bersih?
Bandingkanlah dengan pemilik hati yang busuk, dan kusut, wajahnya kelihatan mencuka, nampak resah dan gelisah, lantunan-lantunan katanya bengis, kasar dan penuh dengan sindiran. Hatinya pun dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat dan mudah tersinggung. Kecelaruan terus menerus mengalir di hatinya dan terus menapak di hatinya, hingga sulit hendak di bersihkan, akibat daripada penyakit-penyakit inilah pemikiran menjadi sempit bahkan lebih banyak berfikir untuk melakukan kezaliman.
Orang yang busuk hatinya tidak ada waktu baginya untuk menambah ilmu, seluruh waktunya hanya di gunakan untuk memuntahkan kebencian kepada orang lain. Tidak hairanlah jika hubungan dengan Maha Pencipta menjadi keberantakan, bahkan ibadah tidak menjadi madu baginya bahkan menjadi rosak dan kering. Pasti ia jauh dari rahmat Allah S.W.T. doanya pun pasti tidak di ijabah, pelbagai masalah pasti akan menghampiri.
Ternyata kerugian dan kerugian yang diperolehi oleh orang yang berhati busuk,
Allah telah berfirman : '' sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya''. ( Asy-Syam ) ayat 9-10.
Ambillah iktibar wahai saudaraku, hidup hanya sementara, siapa tahu tidak lama lagi Maha Pencipta akan mengundang kita kembali kepadanya. Marilah kita sama-sama bergabung dalam saf-saf orang yang tergolong dalam mencari keredoan memperbaiki diri, mudah mudahan kita menjadi contoh dalam menyusuri hidup yang indah dan sarat dengan kebeningan hati, Insya Allah.
Tuesday, July 13, 2010
BELAJAR DARI WAJAH
Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena setiap apapun yang terjadi di dalam hiruk pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat satu target. Misalnya, hari ini kita belajar tentang wajah.wajah? ya wajah. kerana masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tetapi pancaran yang yang tersembur dari si pemilik wajah tersebut.
Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekatkan dalam diri, ''saya ingin tahu wajah yang paling mententeramkan hati itu seperti apa? wajah yang paling gelisah itu bagaimana?'' kerana pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan banyak wajah, kerana setiap orang pasti mempunyai wajah, wajah isteri , wajah suami,anak, jiran-jiran, kawan-kawan sekerja, orang-orang disekeliling kita dan sebagainya, ketika kita berjumpa dengan sesiapapun hari ini, mari kita belajar ilmu tentang wajah.
Maha suci Allah yang Maha Mencipta makhluk-makhluknya, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyanta nampaknya berbeza-beza pada pandangan mata kita. Ada yang mententeramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan, kenapa? apa yang menakutkan, adakah bentuk hidungnya? tentulah tidak, sebab ada yang hidungnya kemek tetapi pada pandangan ia mententeramkan, ada yang matanya sepet, tetapi menyejukkan, dan ada juga hitam kulitnya tetapi wibawa.
Jika kita lihat ulama-ulama dari afrika, subhanallah sungguhpun kulitnya tidak putih, tidak pula kuning, tetapi apabila menatap wajahnya sejuk sekali, senyumanya terlalu tulus meresap kerelung relung kalbu yang teramat dalam, sungguh seperti di siram air yang sejuk di pagi hari. Sebagai contoh kita lihah Syeikh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan intifada, palestin. Ia tidak mempunyai daya, beliau hanya duduk di atas kerusi roda sahaja, hanya kepalanyanya sahaja yang bergerak, Tetapi saat menatap wajahnya di kaca TV atau surat khabar terpancar kesejukan yang luar biasa, padahal beliau jauh dari ketampanan wajah sebagai mana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. tetapi, ternyata di sebalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memendang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Saudaraku, kalau hari ini Allah tentukan kita bertemu dengan struktur wajah seseorang yang mententeramkan, maka carilah puncanya kenapa dia memiliki wajah yang mententeramkan seperti itu. Tentulah kita akan menaruh hormat terhadap ia. Betapa senyumannya yang tulus , pencaran wajahnya seperti ingin sekali ia membahagiakan sesiapun yang menatapnya
Sebaliknya bagaimana jika kita menatap wajah yang bersifat berlawanan, seperti bengis, pandangan matanya tajam, senyumannya sinis, dan sifatnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu, bengis dan sinis, da inipun kita patut pelajari.
Ambillah kelebihan dari wajah-wajah yang mententeramkan, yang menyejukan tadi menjadi sebahagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah tidak mententeramkan dan yang tidak menyejukkan.
Tidak ada salahnaya jika kita mengevolusikan diri didepan cermin, Tanyalah, raut apakan yang melekat diwajah kita ini, memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya agak besar sedikit, janganlah kita merasa malu dengan kekurangan yang di miliki, bentuk seperti inipun kurnian Allah yang patut disyukuri dan kurnian ini boleh dijadikan ladang amal bagi sesiapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum dengan lebih ramah lagi.
Sedangkan wajah yang telah dianugerahkan senyuman itu secantik-cantiknya, maka haruslah meningkatkan lagi kualiti senyuman tersebut, iaitu untuk lebih ikhlas lagi. Kerana senyuman di wajah bukan hanya menjadi penyangkut ujung bibir sahaja, tetapi yang paling utama adalah paling tidak kita membahagiakan orang lain, paling tidak kita membuat di sekitar kita tercahaya. Nabi Muhammad S.A.W. memberi perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahawa Nabi Muhammad S.A.W.: pabila ada orang menyapanya beliau menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau.
Ketika Nabi SAW berbincang dengan sesiapapun, maka orang yang diajak berbincang itu senantiasa menjadi curahan perhatian. Bila cara memandang, cara bersikap ternya memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan perasaan orang yang di ajak berbicara.
Adapun kemuramdurjaan, kegelisahan itu muncul kerana kita belum menganggap orang yang berada di hadapan kita ialah orang yang paling utama, kadang-kadang kita melihat orang itu hanya dengan sebelah mata sahaja, berbicara dengan separuh perhatian, curahan kata-kata , curahan pandangan, cara bersikap kita akan di beri definasi oleh orang lain.
Kerana itu, marilah kita melatih diri meneliti wajah, bukan bermaksud hendak meremehkan, tetapi mengambil tauladan wajah yang baik, dan menghindari yang tidak baik, dan cari kuncinya bagaimana mendapat seperti itu, lalu praktikan dalam perilaku kita sehari-hari, selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain.
Ya Allah yang maha mendengar, yang maha pelindung jauhkan kami dari sifat buruk yang membawa kepada pancaran wajah kami, Ya Rahman jadikan kami penyejuk dan membahagiakan mukmin dan mukminah di atas muka bumi mu, Ya Rahim jadikan kami seseorang yang mengutamakan seseorang yang lain agar mereka bahagia bersama kami Ya Allah......Amin.
Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekatkan dalam diri, ''saya ingin tahu wajah yang paling mententeramkan hati itu seperti apa? wajah yang paling gelisah itu bagaimana?'' kerana pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan banyak wajah, kerana setiap orang pasti mempunyai wajah, wajah isteri , wajah suami,anak, jiran-jiran, kawan-kawan sekerja, orang-orang disekeliling kita dan sebagainya, ketika kita berjumpa dengan sesiapapun hari ini, mari kita belajar ilmu tentang wajah.
Maha suci Allah yang Maha Mencipta makhluk-makhluknya, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyanta nampaknya berbeza-beza pada pandangan mata kita. Ada yang mententeramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan, kenapa? apa yang menakutkan, adakah bentuk hidungnya? tentulah tidak, sebab ada yang hidungnya kemek tetapi pada pandangan ia mententeramkan, ada yang matanya sepet, tetapi menyejukkan, dan ada juga hitam kulitnya tetapi wibawa.
Jika kita lihat ulama-ulama dari afrika, subhanallah sungguhpun kulitnya tidak putih, tidak pula kuning, tetapi apabila menatap wajahnya sejuk sekali, senyumanya terlalu tulus meresap kerelung relung kalbu yang teramat dalam, sungguh seperti di siram air yang sejuk di pagi hari. Sebagai contoh kita lihah Syeikh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan intifada, palestin. Ia tidak mempunyai daya, beliau hanya duduk di atas kerusi roda sahaja, hanya kepalanyanya sahaja yang bergerak, Tetapi saat menatap wajahnya di kaca TV atau surat khabar terpancar kesejukan yang luar biasa, padahal beliau jauh dari ketampanan wajah sebagai mana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. tetapi, ternyata di sebalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memendang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Saudaraku, kalau hari ini Allah tentukan kita bertemu dengan struktur wajah seseorang yang mententeramkan, maka carilah puncanya kenapa dia memiliki wajah yang mententeramkan seperti itu. Tentulah kita akan menaruh hormat terhadap ia. Betapa senyumannya yang tulus , pencaran wajahnya seperti ingin sekali ia membahagiakan sesiapun yang menatapnya
Sebaliknya bagaimana jika kita menatap wajah yang bersifat berlawanan, seperti bengis, pandangan matanya tajam, senyumannya sinis, dan sifatnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu, bengis dan sinis, da inipun kita patut pelajari.
Ambillah kelebihan dari wajah-wajah yang mententeramkan, yang menyejukan tadi menjadi sebahagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah tidak mententeramkan dan yang tidak menyejukkan.
Tidak ada salahnaya jika kita mengevolusikan diri didepan cermin, Tanyalah, raut apakan yang melekat diwajah kita ini, memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya agak besar sedikit, janganlah kita merasa malu dengan kekurangan yang di miliki, bentuk seperti inipun kurnian Allah yang patut disyukuri dan kurnian ini boleh dijadikan ladang amal bagi sesiapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum dengan lebih ramah lagi.
Sedangkan wajah yang telah dianugerahkan senyuman itu secantik-cantiknya, maka haruslah meningkatkan lagi kualiti senyuman tersebut, iaitu untuk lebih ikhlas lagi. Kerana senyuman di wajah bukan hanya menjadi penyangkut ujung bibir sahaja, tetapi yang paling utama adalah paling tidak kita membahagiakan orang lain, paling tidak kita membuat di sekitar kita tercahaya. Nabi Muhammad S.A.W. memberi perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahawa Nabi Muhammad S.A.W.: pabila ada orang menyapanya beliau menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau.
Ketika Nabi SAW berbincang dengan sesiapapun, maka orang yang diajak berbincang itu senantiasa menjadi curahan perhatian. Bila cara memandang, cara bersikap ternya memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan perasaan orang yang di ajak berbicara.
Adapun kemuramdurjaan, kegelisahan itu muncul kerana kita belum menganggap orang yang berada di hadapan kita ialah orang yang paling utama, kadang-kadang kita melihat orang itu hanya dengan sebelah mata sahaja, berbicara dengan separuh perhatian, curahan kata-kata , curahan pandangan, cara bersikap kita akan di beri definasi oleh orang lain.
Kerana itu, marilah kita melatih diri meneliti wajah, bukan bermaksud hendak meremehkan, tetapi mengambil tauladan wajah yang baik, dan menghindari yang tidak baik, dan cari kuncinya bagaimana mendapat seperti itu, lalu praktikan dalam perilaku kita sehari-hari, selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain.
Ya Allah yang maha mendengar, yang maha pelindung jauhkan kami dari sifat buruk yang membawa kepada pancaran wajah kami, Ya Rahman jadikan kami penyejuk dan membahagiakan mukmin dan mukminah di atas muka bumi mu, Ya Rahim jadikan kami seseorang yang mengutamakan seseorang yang lain agar mereka bahagia bersama kami Ya Allah......Amin.
Monday, July 12, 2010
RAWAT NAFSU AMARAH
Nafsu itu baik. Nafsu makan, nafsu syahwat itu baik, kerana setiap ciptaan Allah itu baik, cuma yang jadi tak baiknya kalau tidak dikawal dengan baik ia akan jadi celaka, bahkan mencelakakan.
Seperti anak kecil, jika di kendali dengan baik, ya.. ia akan jadi anak yang baik.
Seperti kereta, perlu kendalian yang baik, baru dapat dikawal dengan baik. Jika tidak, pasti membawa kecelakaan kepada diri bahkan mencelakakan orang lain.
Betapa ramai orang yang tidak mampu mengendali nafsu amarah, seperti seorang pekerja yang memarahi kawan-kawannya dan membawa pergaduhan mengakibatkan ia dipenjara.
Betapa ramai orang yang bertubuh besar dan kuat, berada di penjara, walaupun tubuhnya besar, kuat, namun ia itu tidak mampu mengawal marahnya.
Seorang ibu yang telah mengandungkan anaknya sehingga 9 bulan, dan melahirkan, apabila dia marah, siapa sangka kerana tidak dapat mengawal marahnya menyebabkan dia mencampak anaknya menyebabkan anaknya meninggal dan dia dipenjarakan.
Rasul pernah ditanya, "Siapakah yang paling kuat'. Rasul menjawab, "Yang paling kuat itu adalah yang mampu menahan rasa marahnya"
Ketika Nabi sedang duduk-duduk bersama seorang sahabat, ada seorang lelaki datang lalu memarahi sahabat itu, namun sahabat tersebut bersabar, maka Nabi tenang sahaja. Namun, apabila datang lagi seorang lelaki memarahinya, maka sahabat tersebut tidak dapat menahan marahnya, maka Nabi berlalu pergi. Sahabat kehairanan lalu bertanya, "Wahai Nabi, mengapa ketika saya berdiam diri, engkau tenang sahaja, sedang apabila aku marah, engkau berlalu pergi?". Nabi menjawab, " Ketika engkau berdiam diri kerana bersabar, aku melihat malaikat-malaikat mengelilingimu, lalu aku turut duduk bersamamu. Namun sebaik sahaja engkau marah, malaikat-malaikat pun pergi, lalu aku turut berlalu pergi "
Seorang ayah yang pemarah akan menyebabkan anak-anak tidak suka duduk di rumah,malah isterinya menjauhinya. Seorang isteri yang pemarah menyebabkan suaminya tidak suka pulang ke rumah, begitu juga anak-anaknya. Kerana orang yang marah itu dikuasai syaitan, maka orang tidak suka dan menjauhi orang yang dikelilingi syaitan.
Maka dengan sebab itu, nafsu perlu dikendalikan. Dan nafsu itu bermula dengan mata kerana setiap perkara itu ada permulaannya. Seperti sebuah jet, bermulanya ia bergerak dengan laju adalah dengan percikan api. Makanya, nafsu juga ada permulaanya, iaitu mata. Sebab itu dipanggil ghaddul basor (tundukkan pandangan). Mata tidak boleh dibiar meliar tanpa kawalan kerana jika tidak dikawal, ia mengerakkan syahwat.
Begitu juga telinga. Cuba sekali mendengar lagu seperti " Rindu.....". Wah, kepalanya pasti jadi pening. Maka, tukar lagu yang baik-baik seperti "Jagalah hati..jangan kau kotori". Begitu juga lisan (lidah). Seorang polis yang memanggil seorang pesalah dengan panggilan seperti " Hoi monyet!" Pasti ditumbuk kerana kesalahannya dalam berbicara.
Maka dengan itu, setiap anggota ini perlu kendalian yang baik supaya dengan mata ini, telinga ini juga lidah, bisa membawa kepada ingatan pada keagungan Tuhan.
Thursday, July 1, 2010
Maha Melihat
seiring waktu berlalu
tangis tawa di nafasku
hitam putih di hidupku
jalani takdirku
tiada satu tersembunyi
tiada satu yang terlupa
segala apa yang terjadi
Engkaulah saksinya
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Pemaaf
PadaMu hati bertaubat
Kau yang Maha Pengasih
Kau yang Maha Penyayang
Kau yang Maha Pelindung
PadaMu semua bertekun
yang dicinta kan pergi
yang didamba kan hilang
hidup kan terus berjalan
meski penuh dengan tangisan
andai bisa ku mengulang
waktu hilang dan terbuang
andai bisa ku kembali
hapus semua pedih
andai mungkin aku bisa
kembali ulang segalanya
tapi hidup takkan bisa
meski dengan air mata
tangis tawa di nafasku
hitam putih di hidupku
jalani takdirku
tiada satu tersembunyi
tiada satu yang terlupa
segala apa yang terjadi
Engkaulah saksinya
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Pemaaf
PadaMu hati bertaubat
Kau yang Maha Pengasih
Kau yang Maha Penyayang
Kau yang Maha Pelindung
PadaMu semua bertekun
yang dicinta kan pergi
yang didamba kan hilang
hidup kan terus berjalan
meski penuh dengan tangisan
andai bisa ku mengulang
waktu hilang dan terbuang
andai bisa ku kembali
hapus semua pedih
andai mungkin aku bisa
kembali ulang segalanya
tapi hidup takkan bisa
meski dengan air mata
MASJID MENANGIS
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka cahaya keluhuran sepanjang waktu dan zaman, Yang Maha Menerbitkan kebahagiaan dan Maha Melimpahkan anugerah sepanjang waktu dan masa, dari generasi kegenerasi kehidupan berganti, kematian berganti, kehidupan berganti kematian, Maha Ada terus ada dan melimpahkan anugerah dan tiada henti-hentinya dari zaman ke zaman melimpahkan rahmatnya dan kelembutan kepada pada hamba, dan menanti jiwa dan sanubari yang ingin mendekat kehadirat Yang Maha Dekat kepada hamba-hambanya lebih dari semua yang dekat.
”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).
Hal pertama yang dilakukan Rasulullah SAW ketika sampai di Madinah dalam rangkaian hijrahnya adalah membangun masjid. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran betapa pentingnya peranan masjid dalam perjuangan kaum Muslim. Masjid itulah yang mengawali perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan risalah Islam.
Sayangnya sekarang ini banyak dari kita terutama para remaja yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid justru lebih mementingkan pekerjaan dan perbualan kosong daripada meluangkan waktu untuk berjamaah. Demi sebuah profesionalisme, kadang aqidah berada di nombor 2 , atau bahkan nombor selepas kegiatan – kegiatan lainnya.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS Al Hujuraat [49]: 13)
Memakmurkan masjid. Masjid di bangun untuk di makmurkan. Rumah Allah yang seharusnya di penuhi oleh jama’ah yang ingin dekat dengan Maha PEMILIK. Untuk menampung aktiviti umat juga menyatukannya sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa. Seharusnya para pemuda Muslim menambatkan hatinya kepada masjid. Sebagai mujahid yang akan berada di barisan terdepan dalam membela agamanya. Generasi penerus umat yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa dan agamanya.
Rasulullah SAW bersabda, ”Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya” (HR Muslim dari Abu Hurairah). masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah SWT. Dari sinilah memancar kurnia dan keberkahan Allah SWT untuk orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan-Nya. Suatu tempat yang tidak ada satu pun masjid di dalamnya akan hampa dari keberkahan-Nya. Dan, tempat yang hampa dari keberkahan-Nya akan selalu dirundung masalah demi masalah yang membuat penghuninya hidup dalam ketidaknyamanan dan ketidaktenteraman.
Bahkan ketika Allah SWT menyebutkan bahwa masjid hanya layak untuk manusia-manusia yang bertakwa, ”Masjid yang layak kalian tempati adalah yang dibangun atas landasan takwa sejak pertama kali. Di dalamnya, orang-orang suka membersihkan diri dari dosa. Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri mereka” (QS Attaubah [9]: 108).
Apakah kita tak ingin di sebut manusia – manusia bertakwa yang layak memakmurkan masjid ? Apakah pekerjaan dan profesionalisme jauh lebih penting dari ketakwaan kita serta penghambaan kita padaNya ? Bukankah kita ini hanya hamba ? Semangat persamaan dan keadilan tidak mungkin dapat terwujud selama kaum Muslim tidak bertemu setiap hari dalam satu shof di hadapan Allah SWT –bersama-sama berdiri dengan satu tujuan, yakni untuk menghambakan diri kepada-Nya. Jika itu bisa dilakukan setiap hari, niscaya persatuan akan terjalin. Sifat egoisme dan keangkuhan setiap individu bisa diredam dan ditaklukkan. Bukankah kita sama di hadapanNya ? Hanya ketakwaanlah yang membuat kita mulia.
Sungguh ironis bila kita mendapati masjid – masjid yang berdiri megah, di bangun dengan dana yang tidak sedikit, dengan gaya artistrukturnya yang mengagumkan namun dalam kesehariannya hanya terisi satu shof saja. Sunyi dari lantunan ayat suci yang di baca oleh jama’ah dan aktiviti ibadah lainnya.
Saya jadi teringat dengan Masjid Sultanah yang berdiri megah di Bandar Alor Setar,hampir setiap waktunya para jamaah berada di sana, masjid menjadi pusat aktivti masyarakat dan umat islam.Saya menjadi sedikit berduka tentang masjid yang berdiri di kampung-kampung, keadaannya sunyi sepi hanya pada waktu beribadah sahaja baru dihidupkan itupun hanya imam, bilal dan beberapa orang yang hatinya telah ditawan oleh perasaan cinta kepada masjid,
Sibuk sangatkah penduduk kampung sehinggakan di biarkan masjid menangis, janganlah kita alpa terhadap nikmat yang Allah S.W.T. limpahkan kepada kita sehinggakan tidak sempat untuk menjenguk masjid dan memujuknya dari esakan, jangan kerana harta, kita menjadi penghuni neraka,
Alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkatnya bila masjid – masjid besar dan kecil yang ada, selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Sungguh, mungkin negeri ini akan jauh dari bencana. Karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan umatnya. Seperti bentuknya, masjid harus di rawat dan dan ‘dihidupkan’ kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktiviti keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi tempat pembinaan umat. Yang akhirnya masjid akan memainkan fungsi nya sebagai salah satu polar kebangkitan umat.
Marilah kita mulai meramaikan dan memakmurkan masjid, tidak hanya sekadar di bulan Ramadhan dan Jumaat saja. Namun mengusahakannya di setiap waktu solat, terutama Subuh dan Isyak. Dengan begitu kita juga melatih diri untuk solat tepat waktunya, berjamaah dan mempereratkan ukhuwah dengan sesama saudara Muslim. Dalam jamaah tidak lagi ada perbezaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin., Masjid memiliki fungsi sebagai medan menegakan ukhuwah, tiada perbezaan dan mengutamakan keadilan. Allahu a’lam.
Subscribe to:
Posts (Atom)