Thursday, July 1, 2010

MASJID MENANGIS



Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka cahaya keluhuran sepanjang waktu dan zaman, Yang Maha Menerbitkan kebahagiaan dan Maha Melimpahkan anugerah sepanjang waktu dan masa, dari generasi kegenerasi kehidupan berganti, kematian berganti, kehidupan berganti kematian, Maha Ada terus ada dan melimpahkan anugerah dan tiada henti-hentinya dari zaman ke zaman melimpahkan rahmatnya dan kelembutan kepada pada hamba, dan menanti jiwa dan sanubari yang ingin mendekat kehadirat Yang Maha Dekat kepada hamba-hambanya lebih dari semua yang dekat.

”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).

Hal pertama yang dilakukan Rasulullah SAW ketika sampai di Madinah dalam rangkaian hijrahnya adalah membangun masjid. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran betapa pentingnya peranan masjid dalam perjuangan kaum Muslim. Masjid itulah yang mengawali perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan risalah Islam.

Sayangnya sekarang ini banyak dari kita terutama para remaja yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid justru lebih mementingkan pekerjaan dan perbualan kosong daripada meluangkan waktu untuk berjamaah. Demi sebuah profesionalisme, kadang aqidah berada di nombor 2 , atau bahkan nombor selepas kegiatan – kegiatan lainnya.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS Al Hujuraat [49]: 13)
            
Memakmurkan masjid. Masjid di bangun untuk di makmurkan. Rumah Allah yang seharusnya di penuhi oleh jama’ah yang ingin dekat dengan Maha PEMILIK. Untuk menampung aktiviti umat juga menyatukannya sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa. Seharusnya para pemuda Muslim menambatkan hatinya kepada masjid. Sebagai mujahid yang akan berada di barisan terdepan dalam membela agamanya. Generasi penerus umat yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa dan agamanya.

Rasulullah SAW bersabda, ”Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya” (HR Muslim dari Abu Hurairah). masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah SWT. Dari sinilah memancar kurnia dan keberkahan Allah SWT untuk orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan-Nya. Suatu tempat yang tidak ada satu pun masjid di dalamnya akan hampa dari keberkahan-Nya. Dan, tempat yang hampa dari keberkahan-Nya akan selalu dirundung masalah demi masalah yang membuat penghuninya hidup dalam ketidaknyamanan dan ketidaktenteraman.

Bahkan ketika Allah SWT menyebutkan bahwa masjid hanya layak untuk manusia-manusia yang bertakwa, ”Masjid yang layak kalian tempati adalah yang dibangun atas landasan takwa sejak pertama kali. Di dalamnya, orang-orang suka membersihkan diri dari dosa. Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri mereka” (QS Attaubah [9]: 108).

Apakah kita tak ingin di sebut manusia – manusia bertakwa yang layak memakmurkan masjid ? Apakah pekerjaan dan profesionalisme jauh lebih penting dari ketakwaan kita serta penghambaan kita padaNya ? Bukankah kita ini hanya hamba ? Semangat persamaan dan keadilan tidak mungkin dapat terwujud selama kaum Muslim tidak bertemu setiap hari dalam satu shof di hadapan Allah SWT –bersama-sama berdiri dengan satu tujuan, yakni untuk menghambakan diri kepada-Nya. Jika itu bisa dilakukan setiap hari, niscaya persatuan akan terjalin. Sifat egoisme dan keangkuhan setiap individu bisa diredam dan ditaklukkan. Bukankah kita sama di hadapanNya ? Hanya ketakwaanlah yang membuat kita mulia.

Sungguh ironis bila kita mendapati masjid – masjid yang berdiri megah, di bangun dengan dana yang tidak sedikit, dengan gaya artistrukturnya yang mengagumkan namun dalam kesehariannya hanya terisi satu shof saja. Sunyi dari lantunan ayat suci yang di baca oleh jama’ah dan aktiviti ibadah lainnya.

Saya jadi teringat dengan Masjid Sultanah yang berdiri megah di Bandar Alor Setar,hampir setiap waktunya para jamaah berada di sana, masjid menjadi pusat aktivti masyarakat dan umat islam.Saya menjadi sedikit berduka tentang masjid yang berdiri di kampung-kampung, keadaannya sunyi sepi hanya pada waktu beribadah sahaja baru dihidupkan itupun hanya imam, bilal dan beberapa orang yang hatinya telah ditawan oleh perasaan cinta kepada masjid,

Sibuk sangatkah penduduk kampung sehinggakan di biarkan masjid menangis, janganlah kita alpa terhadap nikmat yang Allah S.W.T. limpahkan kepada kita sehinggakan tidak sempat untuk menjenguk masjid dan memujuknya dari esakan, jangan kerana harta, kita menjadi penghuni neraka,  

Alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkatnya bila masjid – masjid besar dan kecil yang ada, selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Sungguh, mungkin negeri ini akan jauh dari bencana. Karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan umatnya. Seperti bentuknya, masjid harus di rawat dan dan ‘dihidupkan’ kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktiviti keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi tempat pembinaan umat. Yang akhirnya masjid akan memainkan fungsi nya sebagai salah satu polar kebangkitan umat. 

Marilah kita mulai meramaikan dan memakmurkan masjid, tidak hanya sekadar di bulan Ramadhan dan Jumaat saja. Namun mengusahakannya di setiap waktu solat, terutama Subuh dan Isyak. Dengan begitu kita juga melatih diri untuk solat tepat waktunya, berjamaah dan mempereratkan ukhuwah dengan sesama saudara Muslim. Dalam jamaah tidak lagi ada perbezaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin., Masjid memiliki fungsi sebagai medan menegakan ukhuwah, tiada perbezaan dan mengutamakan keadilan. Allahu a’lam.

No comments:

Post a Comment